Selasa, 29 Juni 2010

NRH

Kemarin lusa tanpa disangka kau keluarkan kalimat tanya yang menanyakan kabarku. Sebuah pertanyaan basa-basi yang diungkapkan oleh seorang yang telah lama tidak kujumpai ataupun berkomunikasi. Aku mengingat percakapan terakhirku dengannya beberapa musim yang lalu, bahwasanya setiap perempuan itu siapapun ia selalu ingin diperhatikan oleh orang-orang yang diharapkannya. Sungguh aku ingin memberitahumu, bahwa kalimat itu sungguh menyayat akal perasaanku. Kau mengingatkanku dengan keras laksana halilintar yang mengingatkan manusia ketika akan datang hujan. Kau membuatku mengerti kesalahan-kesalahanku yang tak pernah memperhatikanmu semenjak dahulu pertama kita bertemu. Aku masih ingat pertama kalinya kita berdua berbincang dalam percakapan yang panjang. Ketika itu kita saling memperbincangkan tentang awal diriku mengenal asmara seorang yang benar-benar mencintaiku. Seandainya saja saat itu mata seorang anak muda lebih terbuka dan bijaksana mungkin semua akan berjalan dengan alur yang lain. Aku sempat berpikir seandainya kau tidak pernah mengenal gadis itu mungkin aku bisa memperhatikanmu sampai saat ini, begitupun sebaliknya kau pun bisa menyayangiku sepenuh hati tanpa keraguan, tetapi tangan takdir berkata lain. Begitupun ketika kuputuskan untuk menjadi teman karibmu, kau bisa bercerita apapun yang ingin kau ceritakan kepadaku, bukan!! Kupikir.. bukan karena kupikir kau orang yang suka berbicara, bukan juga karena kau sedang ingin menghiburku atas kelemahan-kelemahan jiwaku ketika itu, atau mungkin juga karena kau tak ingin mendengarkan keluh-kesahku yang dalam dan ketenggelamanku dalam penyesalan yang tak berarti dalam hari-hari lalu. Kemudian aku memahamimu, itu karena kau merasa tenang ketika menceritakan kisah hidupmu denganku. Tetapi ketika ku ingin mengisi perahu-perahumu dengan buah-buahan yang berwarna-warni dan lukisan kejujuran yang kubuat dengan berjubahkan jirah yang tebal sehingga tak kuasa ku selesaikan secepat kilat. Kau meninggalkan dermagaku dengan berat hatimu bersama nahkoda yang kau harapkan atau tak pernah kauharapkan.

Ketika ku menjadi temanmu, jangan kau dengan tega hatimu memilihku untuk memilikimu. Tetapi kau takut jika itu menjadi kenyataan. Apa mungkin kau menunggu di tengah lautan yang ingin mendengarkan nyanyian pujian terhadap seorang hamba Tuhan?. Aku mengasihimu, tapi jangan kau paksa aku menghanyutkan diri kedalam sungai, sementara kau sedang memandang lautan. Jadilah horison biru yang bercahaya yang sinarnya membutakan mataku sebelum kuberangkat untuk melupakan keindahan terangnya.

Temanku, orang-orang tua jaman dahulu pernah berkata bahwasanya jikalau kita bisa memaafkan dan menjadikan seorang pendusta menjadi saksi yang paling dibenarkan. Jikalau ada orang yang menyakiti dan menyayat perasaanmu, kasihilah ia dan maafkanlah. Kenapa,,?? karena orang-orang yang menyakitimu dan menyayat hatimu adalah orang-orang yang lebih peka perasaannya, mereka adalah orang-orang yang memilih ketakutan karena seringnya mereka dikecewakan dan disakiti. Sehingga ia akan menyayat perasaanmu terlebih dahulu sebelum kau menyakiti dan menyayat hatinya. Sungguh kasihanilah dan maafkanlah mereka, begitulah nasihat-nasihat guru-guru kehidupan. Dan aku telah memaafkanmu sebelum keluar kata maaf dari hatimu ataupun sebelum sempat kau memikirkan cara untuk meminta maafku. Temanku, apa cinta itu harus diungkapkan lewat kata-kata? Apa cinta itu tercipta lewat pergaulan-pergaulan yang lama? Jika cinta tidak tercipta dalam sekejap, maka ia pun tidak akan tercipta selama berhari-hari, bertahun-tahun, maupun dari abad ke abad. Dan aku pun ingin mengasihi teman-temanku selama waktuku, merindukannya selama kumampu merindu, tentu dengan kemurnian dan keindahan cinta, jangan pernah tanyakan yang terbaik untukmu demi semua hasratmu, bersahajalah. .

11-12-2008

Tidak ada komentar:

Posting Komentar