Selasa, 03 April 2012

Januari


Awal tahun ini terasa begitu lembab. Angin-angin mengurai bebauan alam yang melayang-layang disepanjang jalan. Aku masih ingat perangaimu pada minggu-minggu yang lalu. Telepon-teleponmu, sms-sms darimu. Aku hampir tidak lagi memikirkan untuk melihat wajahmu dalam nyata. Awal minggu tahun baru ini berjalan begitu cepat seiring angin yang berjalan bersama arakan awan yang tebal. Minggu terakhir bulan pertama ini sms darimu kembali mengusik alam ingatanku tentangmu. Aku mengajakmu bertemu menatapi goresan dunia semasa kita tinggalkan dalam masa remaja yang kita jalani sendiri-sendiri. Tidak ada respon dan balasan darimu. Itu cukup untuk membuatku menghapus nomor telepon darimu diponselku untuk selamanya. Agar dimasa-masa mendatang tidak ada lagi benang merah ketika aku melihat daftar teleponku. Aku duduk di sebuah bangku panjang di belakang sekolah. Melihat angin menggerakkan dedahanan. Matahari bersinar begitu terang seolah merestui semua kegiatan alam di bawahnya. Seminggu berlalu. Bulan ini, januari, aku terdiam dalam respon otak pemikiran hati. Diakhir bulan teduh ini, dibangku panjang belakang sekolah kuratapi dan kupandangi perjalanan keilmuanku dimasa mendatang. Pagi ini teduh namun bermandikan cahaya yang cerah dan menggairahkan. Aku menunggu teman-teman sekelasku untuk berbincang tentang keajaiban masa depan yang samar dan terselubung. Pembaca yang budiman, hampir berlalu seluruh cerita ini jika basuhan hujan tidak mengingatkanku kembali pada masa-masa itu.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar