Kamis, 02 September 2010

Alde

Pada suatu sore yang agak muram kulihat alde yang sedang menatap langit, mencari keanggunan temaramnya mentari sore ini. Kutanyakan padanya apa yang sedang kau pikirkan, apa pula yang membuatmu menatap awan gemawan yang menutupi senyum matahari yang indah ? apa kau coba membandingan antara keindahan matahari sore yang cantik dengan awan gemawan yang indah bersahaja..? Kemudian ia menjawabnya dengan nafas yang berat.. bukan .. bukan mecari keindahan ataupun membandingkan antara keindahan yang begitu anggun dan bersahaja.. aku manatap apa yang telah dan akan diberikan Tuhan untukku. atas keinginan-keinginanku, hasrat-hasrat jiwaku seperti sore ini yang keanggunan dan kecantikan matahari sore jingga yang diselimuti gemawan yang penuh keindahan dan kesahajaan. pagi ini aku bertemu gadis yang hasrat jiwaku menginginkannya..keanggunan dan kecantikannya mampu menghapus rasa dahagaku atas jawaban-jawaban setiap doa yang kurapalkan di saat alam berselimut gelap. Lalu di hari siang aku menemui gadis yang bersahaja. Seorang yang dengan sedikit pengetahuannya mampu menjawab semua pertanyaan-pertanyaan hasrat masa mudaku. Dan aku tak ingin sesekalipun terlintas untuk membandingkannya. Aku takut.. aku menyakiti salah satu darinya.. ketika aku melihat jingga aku merasa waktu berlalu begitu cepat antara sebuah keinginan dan perwujudan. Semalam aku masih berada di masa lalu yang membayangi langkah-langkah pasti. Dan hari depan adalah laksana kertas kanvas yang menunggu untuk kulukiskan warna-warni yang indah, namun setelah jingga berlalu, ketika kumelihat dan bersama-sama awan yang bersahaja tersenyum, aku melihat jiwaku telanjang tanpa satu pun noda dunia yang dijadikan para penghianat hati nurani sebagai tameng atas pembenaran perangainya..aku ingin melihat mana yang lebih dulu menghilang dala jangkauan pandangan dan keterbatasan pemahamanku ini sebelum gelap kembali menenggelamkanku dalam rapalan doa-doa masa depan yang kuinginkan.. Ayah apa aku tidak boleh menatap dan menggenggamnya dalam hatiku keanggunan jingga dan keindahan gemawan?
wahai putraku.. berfikirlah dan merenunglah niscaya nuranimu akan menuntunmu di usia mudamu. percayakanlah mata hatimu sebagai penguasa hati dan fikirmu. Jadikanlah mata hatimu raja. raja yang akan melidungi dan menjagamu dari senua yang pernah terbersit ataupun terlintas untuk memutuskan menurut kehendak hawa nafsumu. Manusia tanpa mata hati seperti orang yang tidak punya perasaan. Tak mampu merasakan apa yang sebenarnya kau inginkan dan orang lain rasakan. pahamilah perasaan yang berjalan diantara perasaan dan hasrat hatimu. Dengan begitu kau akan tahu lukisan apa yang sedang kalukiskan dikanvas hidupmu.
Dengannya pula kau mampu dengan jelas membedakan hitam dan putih hidupmu. Sehingga kau tahu dan mengenal dengan baik dirimu sendiri. Setelah itu berjalanlah dengan hati seringan hembusan pagi yang cerahnya menghapus embun dan memekarkan bebungaan, meski embun tersiksa karena kau sirnakan pagi itu dan begitu seterusnya. Tapi ia tak akan mengeluh dan sakit hatinya karena kau memekarkan mawar keinginan hati. Karena dengannya embun akan datang setiap pagi sampai kau dengan tegas menyinari kuncup -kuncup hati yang akan memberikan keharuman di taman-taman jiwamu dan jangan sesekali coba kau melindungi embun pagi yang akan hilang karena kau takut kehilangannya dengan sayap-sayap harapanmu sedang tangan-tangan mimpimu menghangatkan kuncup bebungaan yang akan mengindahkan hari.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar