Rabu, 16 November 2011

PENGANTAR

Dalam usia muda, cahaya cinta bisa sekehendak hati membuka mata setiap orang yang dikehendakinya dengan sinar-sinar nya yang terang dan penuh keajaiban. Sedangkan jari-jari nya yang membara memeluk tubuh yang menghangatkan atau meremukkan hati orang yang dipilihnya. Dan melodi adalah wanita yang mengajarkanku tentang keberanian dan ketegaran cinta dengan jiwa dan raganya sendiri.

Setiap orang pasti mengingat cinta yang pernah dilaluinya yang dikenangnya dalam relung hati dan membuat bahagia di atas sejuta misterinya yang pahit. Perjalanan cinta bisa membuat orang terlena, menangis bahkan sampai pada titik putus asa, tetapi sungguh cahaya cinta itu tidak bermaksud untuk membuatmu terpuruk. Air mata yang jatuh membasahi pipi, mata yang sembab, pikiran yang mengawang berontak melawan mimpi dalam tidur malam ataupun seulas senyuman bahagia dan gelak tawa takkan bisa mengatur perangai dan jalan takdir yang berkuasa sekehendak hati.
Kenangan-kenangan yang tercipta dan tertinggal dalam hati membuat jiwa-jiwa menjadi terpenjara dalam kebebasannya. Dalam hati kalian pasti ada suatu benang merah yang siap memicu segala kenangan yang tersimpan rapi dalam memori untuk berputar dalam bayangan dan pemikiran.
Hingga lampu pencerahan datang dengan membawa tanda cinta yang dapat membuat hati ini tertanam dan melayang-layang di atas serakan manusia Jakarta. Aku kuburkan segala kenangan dan mengucapkan selamat tinggal pada cinta yang kau berikan penuh kedewasaaan. Pohon-pohon dan rerumputan yang tumbuh di atasnya tidak mampu mengisahkan cerita kita, meskipun mereka meresapi elemen-elemen dari jasad cinta kita. Begitu pula burung-burung yang mencari keriangan di atas dahan-dahan pohon kita, mereka pun tak mampu melagukan keluh yang menyayat dan rintihan hati yang melakonkan cinta.
Jika kalian melintasi pohon takdir yang sama denganku, berhentilah sejenak dan berjalanlah diam-diam karena kau pasti tidak ingin membangunkan jasad cinta yang remuk dan membusuk di dalam sinar hangat cinta yang membara. Jiwaku melayang-layang, mungkin juga jiwanya, meratapi dahan-dahan pepohonan dalam ratapan duka cita yang menangis meratapi kepergianku yang kemarin masih berupa kecupan-kecupan bibir dan pujian manis dalam alunan melodi-melodi mimpi kehidupan. Namun sekarang tinggal menjadi rahasia sunyi dalam rengkuhan langit dan pelukan bumi.
Jika kalian tidak melintas dan hanya melewatinya, pandangilah dia yang sedang tumbuh menjadi bunga yang mewangi selalu tanpa mengikuti keteraturan musim. Seorang wanita yang telah tumbuh bersama tangan-tangan kehidupan lebih bisa menjaga keharuman tetaman, ketimbang bunga yang begitu cepat mewangi namun lebih dulu layu sebelum pengantin-pengantin lainnya mekar sempurna ditetamanan ini. Dan bisikkanlah perlahan padanya agar jangan menghampiriku, karena bila saatnya tepat, aku yang akan datang, dan biarkanlah takdir berjalan sampai hari yang tepat, jangan memaksaku dengan perlahan atau lantang untuk merencanakaan salah satu keajaiaban Tuhan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar