Kamis, 10 Mei 2012

April


Bulan-bulan terakhir semakin membuat seru kehidupan, pekerjaan, percintaan, pendidikan dan kemanusiaan menjadi topik utama. Bulan ini aku merasa seperti seorang yang telah menjarah sebuah negeri. Aku dituding sebagai orang yang mengambil paksa seorang yang dicintainya. “Apa aku pantas mendapatkan ini?” pertanyaan itu yang menyelimuti malam-malamku sekarang. Tangisan seorang lelaki yang merajuk seakan kehilangan sebuah mainan yang disayanginya akan menggema tetapi tidak akan memekakkan telinga sang ibu yang mengasuhnya. Seperti nyanyian hujan yang lebih deras dari hari-hari biasanya tidak akan mengurung ucapan syukur manusia yang dilimpahi keberkahan. Aku bagai terpidana saat sebuah surat elektronik menamparku dengan kata-kata penuh iba. Disisi lainnya aku tak mendapatkan keberadaanmu. Melody, apa seperti ini? Disaat rajukan menghujam, kau hilang seakan permasalahan ini berada dipihakmu, apa kau kecewa dengan dirimu sendiri atau merasa ketidakpantasan?. Kebodohan manusia akan dimaafkan jika manusia tidak mengulanginya lagi, bahkan sekalipun hal itu terjadi akan tetap dimaafkan, sabagai manusia kita diperkenankan untuk berimajinasi, namun jangan sampai imajinasi menjadikan dakwaan terhadap manusia lain seakan imajinasimulah yang akan terbukti sebagai takdir. Aku berbincang-bincang dengan desau angin disepanjang jalan yang kulalui untuk pulang. Dentingan melodi-melodi alam yang sendu dan riang bekejaran merasuk jiwa. Seorang wanita yang tak kuat dalam ketegaraanya akan rapuh dan hancur dalam alam pikiran tentang ketegaran itu sendiri. Setiap manusia mempunyai masalah dan cobaan hidupnya masing-masing, semoga kita tidak terlena akan kealpaan diri bahwa kita hidup didunia bersama-sam dengan manusia-manusia lain dengan cabaan hidup yang juga masing-masing. Karena hal yang sedemikian itu akan menjadikan kita menjadi orang yang mengasihani diri sendiri. Alangkah malangnya orang bisanya mengasihani diri sendiri. Diamlah dalam kebekuanmu, jangan menyesal dengan keputusan, tapi mengapa aku merasa ini belum jua akan berhasil. Aku melihat berbagai tabir ini akan terkuak dan aku melihat yang belum jua kau lihat.
Dipayungi sepasang mata bening berkaca-kaca air mata dan dengan suara parau kau berbicara padaku. Berbicara tentang canda tawa dan ketakutan yang menjadi satu dalam nada jiwa.
Bulan ini begitu terasa berat bagaikan tabir badai yang menghalangi kepakan sayap dan lantunan syair pujangga malam yang berjalan di tengah gurun pasir. Kita sering lewati hari-hari bulan ini bersama-sama. Tak jarang pula membuatmu mencurahkan air mata saat selesai berbincang denganku. Hatimu sedang berkecamuk dengan pemahaman yang bersimpangan dengan perasaan yang termanifestasikan oleh pensikapan yang kau dapatkan selama ini sebelum aku mengenalmu. Selalu merasa disalahkan oleh kejadian-kejadian yang sedang terjadi ataupun kejadian dimasa lalumu menjadi bandul yang menahanku untuk menyayangimu. Jam selalu akan berdetak dan waktupun terus menggilas roda-roda pemikiran manusia dengan pemikiran dan pemahaman baru. Sayangnya kau sendiri yang terlalu memewahkan masa lalu yang gelap sehingga terlihat sebagai lantunan dunia kegelapan yang tak berbintang.