Jumat, 09 Desember 2011

Desember

Bulan ini adalah bulan terakhir tahun yang ada sekarang, tapi perjalanan hidup terus menggerus waktu dan tidak menyisakan keberhentian. Sudah lama setelah pertemuan pertama saat dahulu dengan Melodi. Hari-hari terlalu cepat untuk bergulir di tengah musim penghujan. Matahari terasa begitu menyengat dan juga terasa begitu teduh bulan ini. Di siang hari burung-burung dan bebungaan yang kuat bercanda riang bermandikan sinar matahari pagi yang terang. Tetapi bagi mereka yang renta, sinar ini membakar mereka sampai tergolek di dalam sarang-sarang mereka sendiri dan di jalanan yang diterjang oleh kendaraan yang lalu lalang. Kami berbincang lewat komputer dan hanya bisa saling memandangi wajah yang terasa begitu asing namun begitu dekat dengan mata. Di awal bulan ini gurauan dan tawa saling terbahasakan melalui komputer tanpa pernah kudengar suaranya secara langsung. Seperti mimpi-mimpi yang nyata dalam dunia fana, seperti angin yang hanya bisa kurasakan tanpa bisa kulihat dan kutangkap bentuk tawamu. Angin yang berhembus di dunia ini bisa bernyanyi, melagukan keresahan ombak yang senantiasa merindukan sang pantai sebagai kekasihnya. Angin juga bisa melagukan keriangan pagi hari dalam cumbu bebungaan.
Aku baca sebuah kabar dalam komputer tempat kita berdua mengisahkan kata-kata. Kau isi layar itu tetapi aku meragukan jika itu kamu. Seminggu berlalu. Aku menghayati apa yang terjadi diantara kesibukan hari-hari yang melaju. Aku meneleponmu, ingin mendengar kata-kata yang biasa kau tuliskan dalam layar elektronik. Siang ini matahari terik dan telepon berdering menunggu jawaban telepon darimu. Suara laki-laki yang kudengar. Aku merasa asing. Suara datar yang terdengar dari seberang telepon membuat aku berperangai lebih ekspresi. Setelah beberapa saat bercakap, aku tutup telepon dengan sedikit senyum gurauan. “Dasar orang yang tidak punya etiket bertelepon” begitulah hatiku berkata. Hari-hari berlalu tanpa ada kabar darinya. Di suatu maghrib dua minggu akhir tahun ini, tiba-tiba melodi meneleponku dan sungguh aku tidak begitu mengerti maksud dan tujuan telepon darinya itu. Seminggu kemudian, dia melakukan hal yang sama. Aku terdiam dalam keremangan yang berteman dengan kumandang adzan.