Jumat, 06 Mei 2011

Teringat, Terkenang dan Terkejut

Tadi siang sewaktu bersama temen ngantor bergegas ke masjid yang ada di belakang gedung, jalanan terasa panas membara. Matahari terik dan sinarnya terang menyilaukan mata. Belum lama kami berjalan dikejauhan terlihat seorang wanita dan pria berjalan kearah kami, begitupun sebaliknya. Seraut wajah perempuan yang sepertinya tidak asing tersimpan dalam memori otak yang telah sekian lama tak terpanggil untuk ditanyangkan dalam layar mata. Jarak semakin dekat, ku tarik alis saling beradu ingin memperjelas siapa dibalik seraut wajah tersebut. Mata kutajamkan seiring tajamnya panas siang. Jarak tinggal beberapa meter lagi, wajah itu tersenyum. Aku tidak tahu ke arah mana dan siapa terminal senyuman itu. Aku masih diam dan tidak berekspresi apapun selain yang sebelumnya

kulakukan. Langkah masih mengayun beriringan dengan yang di depan bersegera untuk berpapasan. Semakin dekat dan senyuman itu mengulas semakin dalam seiring hembusan angin siang yang sedikit dingin. Mata itu sempat bertatapan dengan mataku, sedang mataku mengamati setiap lekuk wajah perempuan tersebut. Senyuman semakin mengembang dan kini kutahu ke siapa senyuman tersebut dilayangkan.
“Pak..”salam yang penuh hangat bagaikan teman lama yang dulu akrap dan saling berkomunikasi. Ke teman disebelahku yang sejak tadi beriringan bersamaku dalam berjalan. Temanku itu hanya tersenyum membalas sapaan perempuan terebut. Pikiranku masih menerawang memori seluruh dalam otakku. Pertanyaan berkecamuk dan saling dulu ingin membuncah agar terjawabkan.
“Wajahnya mirip dengan seseorang..”
“Perawakan tubuh dan caranya berjalan..”
“Senyuman khas yang mengembang..”
“Bingkai kacamata yang menghiasi kedua mata bulatnya..”
Hanya saja wajahnya tak secerah dahulu, apa benar ia seseorang dari masa laluku, apa ia sudah melupakan tatapanku yang dahulu ia bilang dengan tatapan “tajam tak terhadang” ?? pertanyaan dan pernyataan yang muncul diotakku dalam seketika dan mengisi rongga kepala hingga sesampainya di paturasan masjid.
Kubayangkan kembali kejadian barusan setelah kuselesaikan sembahyang. Tapi hatiku meyakinkanku kalau perempuan tadi siang bukanlah seseorang masa laluku. Aku masih ingat jumlah beberapa tahi lalat yang menghiasi pipinya dan perempuan barusan, tidak memilikinya. Dunia ini penuh dengan orang yang serupa secara sekilasan pandang. Benarlah nasihat guruku dahulu kalau keadaan dunia jaman sekarang adalah sejarah masa dahulu yang terulang. Yang membedakan hanyalah siapa tokoh yang memerankan. Dan wajah-wajah masa dahulu akan selalu muncul seketika tanpa terduga adalah sebagai pengingat akan pengalaman yang dikirimkan Tuhan untuk mengingatkan setiap tindak tanduk manusia. Ingatanku pun kembali dengan kesadaran akan keterlenaan..
(keterlenaan itu berbahaya, manusia sering tidak bisa mengelak jika ia terlena, sadarkanlah aku perempuanku, jika kau tak mampu, maka pergilah! Perempuanku..)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar